BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sebagai manusia, kita dituntut untuk selalu belajar. Oleh karenanya, dewasa ini pendidikan menjadi suatu kebutuhan hidup yang wajib dimiliki oleh setiap orang. Selain itu, kita juga tidak dapat terlepas dari kehidupan bermasyarakat. Karena kita tinggal, melakukan segala macam aktivitas termasuk di dalamnya melakukan kegiatan pendidikan pun di tengah masyarakat. Tentunya kedua hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Antara pendidikan dan masyarakat pastinya memiliki hubungan yang erat serta saling berkaitan.
Maka di sini penulis akan memaparkan keterkaitan antara keduanya. Bagaimana pendidikan berperan dalam masyarakat maupun bagaimana peran masyarakat bagi pendidikan. Serta bagaimana keduanya dapat mengalami perkembangan secara beriringan sesuai dengan semakin majunya zaman.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian pendidikan dan masyarakat?
2. Bagaimana hubungan pendidikan dan masyarakat?
3. Bagaimana pendidikan di masyarakat tradisional dan modern?
4. Bagaimana pendidikan di masyarakat dunia?
C. TUJUAN PENYUSUNAN
1. Untuk memenuhi tugas pembuatan makalah pada mata kuliah Antropologi Sosiologi Pendidikan
2. Menambah wawasan tentang hubungan pendidikan dan masyarakat
D. MANFAAT PENYUSUNAN
1. Mengerti pengertian pendidikan dan masyarakat
2. Memahami hubungan pendidikan dan masyarakat
3. Memahami pendidikan di masyarakat tradisional dan modern
4. Memahami pendidikan di masyarakat dunia
BAB 2
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PENDIDIKAN DAN MASYARAKAT
Menururt Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata pendidikan berarti proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik. Sedangkan menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang dibutuhkan bagi dirinya, masyarakat dan bangsa. Secara umum, pendidikan diartikan sebagai aktivitas interaktif yang sadar dan terencana yang dilakukan minimal oleh dua orang, satu pihak berperan sebagai fasilitator dan dinamisator sedang pihak lainnya sebagai subjek yang berupaya mengembangkan diri, prosesnya dicapai melalui penciptaan suasana belajar dan proses pembelajaran, di dalamnya terdapat nilai yang diyakini kebenarannya sebagai dasar aktivitas yang memiliki tujuan baik dalam rangka mengembangkan segenap potensi internal individu. Puncak ketercapaian tujuan dari pendidikan ini adalah kedewasaan, baik fisik, psikologis, sosial, emosional, ekonomi, moral dan spiritual peserta didik.
Sedangkan masyarakat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama. Secara umum, masyarakat diartikan sebagai sekumpulan orang yang saling tolong-menolong dalam kehidupannya sesuai dengan sistem yang menentukan berbagai hubungan mereka dengan bagian lainnya dalam rangka merealisasi tujuan-tujuan tertentu dan menghubungkan mereka dengan sebagian lainnya dengan beberapa ikatan spiritual maupun materiil. Masyarakat terdiri atas kelompok manusia yang menempati daerah tertentu, menunjukkan integrasi berdasarkan pengalaman bersama berupa kebudayaan, memiliki sejumlah lembaga yang melayani kepentingan bersama, mempunyai kesadaran akan kesatuan tempat tinggal dan bila perlu dapat bertindak bersama.
Masyarakat pada dasarnya bekerja dengan polanya sendiri, yakni menggunakan berbagai sistem dan keyakinannya untuk memelihara bangunan sosialnya, tradisi-tradisi, kebudayaan serta berusaha mewariskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya sebagai suatu upaya pelestarian. Dalam berpindah dari suatu masyarakat kepada masyarakat lain pun, mereka juga menggunakan berbagai sarana yang bermacam-macam, seperti pemberitahuan perpindahan, kekeluargaan, hubungan perdagangan, maupun kepariwisataan. Dan setiap masyarakat pun tidak harus bernaung di dalam taraf hidupnya sendiri, akan tetapi seyogyanya berusaha untuk maju, berkembang, dan meningkatkan setiap anggotanya, mengembangkan maupun mendidik mereka untuk meningkatkan kehidupan masyarakatnya.
B. HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN MASYARAKAT
Pada dasarnya setiap sekolah mendidik anak agar menjadi anggota masyarakat yang berguna. Namun, pendidikan di sekolah sering kurang relevan dengan kehidupan masyarakat. Kurikulum kebanyakan berpusat pada mata pelajaran yang tersusun secara logis sistematis yang tidak nyata hubungannya dengan kehidupan sehari-hari. Apa yang dipelajari tampaknya hanya perlu untuk kepentingan sekolah untuk ujian dan bukan untuk membantu anak agar hidup lebih efektif dalam masyarakatnya.
Dalam melaksanakan program sekolah, masyarakat diturutsertakan. Tokoh-tokoh dari setiap aspek kehidupan masyarakat, seperti dari dunia perusahaan, pemerintahan, agama, politik, dan sebagainya diminta bekerja sama dengan sekolah dalam proyek perbaikan masyarakat. Untuk itu diperlukan masyarakat yang merasa turut bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat dan atas pendidikan anak. Sekolah dan masyarakat dalam hal ini bekerja sama dalam suatu aksi sosial.
Banyak kesulitan yang dihadapi bila kita ingin menjalankan program semacam itu. Meminta waktu dan tenaga tokoh-tokoh masyarakat dalam suatu proyek pelajaran sekolah akan menemui rintangan. Demikian pula bila anak ingin mengunjungi berbagai kantor, pabrik, perusahaan, dan sebagainya. Kurikulum sekolah yang sepenuhnya didasarkan atas masalah-masalah masyarakat akan mendapat kecaman dari golongan yang menginginkan kurikulum akademis berdasarkan disiplin ilmu.
Sehingga diperlukan kurikulum yang berorientasi pada anak dan juga masyarakat. Tidak mungkin kurikulum efektif tanpa memperhitungkan anak, dan tidak ada kurikulum yang tidak mempersiapkan anak untuk masyarakat. Setiap kurikulum harus relevan dengan kebutuhan masyarakat karena sekolah didirikan oleh masyarakat untuk mempersiapkan anak untuk masyarakat. Maka dari itu, guru perlu mempelajari dan mengenal masyarakat sekitarnya.
Di sisi lain, dikatakan bahwa keluarga dan sekolah merupakan dua dasar pokok dalam kehidupan kemasyarakatan yang mengasuh anak dengan pendidikan dan pengajaran untuk mengarahkan tingkah laku dan pekerjaan mereka dengan berbagai tujuan yang dikehendakinya. Hal itu juga dimaksudkan untuk membentuk anggota masyarakat yang baik dan berguna. Sebab, mereka akan bekerja untuk mewujudkan tujuan-tujuan masyarakat yang cukup luas, baik masalah ekonomi, politik, kebudayaan, kemasyarakatan, dan tujuan-tujuan lainnya.
Oleh karena itu, sebenarnya kita akan menjumpai bahwa sistem pendidikan yang dicanangkan dalam sekolah itu berkaitan erat dengan berbagai sistem, seperti ekonomi, politik, dan sebagainya dalam rangka membina dan mengembangkan masyarakat yang memiliki sistem yang lengkap dan menjadi tumpuan dari seluruh sistem lainnya maupun tujuan masyarakat itu sendiri. Maka, sebenarnya pola dan bentuk pendidikan yang berbeda-beda dari satu tempat ke tempat lain itu tak lain karena adanya perbedaan bentuk atau sistem masyarakat yang lengkap maupun karena perbedaan tujuan dan berbagai sarana yang dipakai untuk mewujudkan tujuan tadi. Sebab pendidikan dalam kenyataannya yang semacam ini adalah merupakan pendidikan yang bertujuan membentuk anggota masyarakat yang berguna. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa pendidikan itu sebenarnya merupakan bagian dari bentuk budaya atau kebudayaan umum suatu masyarakat.
Pola dan kualitas pendidikan itu senantiasa akan berkaitan dengan sistem suatu masyarakat. Keberhasilan sosial politik maupun ekonominya juga akan mempengaruhi kulitas dan pola pendidikan secara keseluruhan maupun terhadap skala prioritasnya. Dengan keberhasilan tersebut, suatu masyarakat akan menjadi media pendidikan yang akan mempengaruhi anggotanya, baik dalam hal tingkah laku, kemauan, maupun pola berpikirnya. Masyarakat akan mempergunakan pendidikan itu sebagai sarana untuk mewujudkan berbagai aspirasi anggota masarakat sesuai dengan tujuan, kebutuhan, dan kemampuan yang dimiliki.
Selanjutnya, apabila pendidikan masyarakat itu mementingkan pengaruh seseorang di dalam masyarakat maupun lingkungannya, baik dalam hal ini dari anggota masyarakat sendiri, kelompok-kelompok sosial, lembaga-lembaga, organisasi-organisasi, tingkah laku dan berbagai tujuan lain, maka pendidikan tersebut jelas merupakan alat penentu dan pemberi arah dalam berbagai perubahan yang terjadi, baik dalam hal tingkah laku, kemauan anggota maupun kelompok-kelompok yang terdapat di dalam masyarakat. Sebab, pendidikan yang merupakan suatu proses belajar mengajar yang berkesinambungan dan integral haruslah bertujuan untuk mengarahkan dan mengembangkan berbagai tujuan hidup anggota masyarakat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan suatu alat penyelamat dan pemberi arah mengenai perkembangan orang seorang maupun kelompok-kelompok sosial secara berkesinambungan.
Oleh karenanya, maka pendidikan senantiasa berubah dan berkembang sesuai dengan pekembangan yang dituju oleh masyarakat. Selain itu, pendidikan bertanggung jawab mengenai pengenalan anggota masyarakat terhadap berbagai kelemahan dan kekuatan masyarakat, sebab-sebab kelemahan dan berbagai saran pemecahannya dalam rangka menghadapi berbagai tuntutan yang senantiasa berubah dan berkembang serta bertambah banyak dari anggota masyarakat dan atau upaya pengembangannya untuk mewujudkan berbagai tuntutan kehidupan tadi.
Berkaitan dengan hubungan pendidikan dan masyarakat, terdapat beberapa peran pendidikan bagi masyarakat serta sebaliknya, peran masyarakat bagi pendidikan.
1. Peran Pendidikan bagi Masyarakat
a. Memberikan Pengetahuan
Sebuah efek langsung pendidikan adalah mendapat pengetahuan. Pendidikan memberikan kita pengetahuan tentang dunia sekitar, mengembangkan perspektif kita dalam memandang kehidupan dan membantu kita membentuk pendapat dan mengembangkan sudut pandang. Informasi yang terus menerus membombardir kita, tidak dapat dikonversi menjadi pengetahuan tanpa katalis yang disebut pendidikan. Pendidikan membuat kita mampu menafsirkan hal-hal yang benar dan menerapkan informasi yang dikumpulkan dalam skenario kehidupan nyata. Pendidikan tidak terbatas pada pelajaran dari buku teks, pendidikan yang sesungguhnya diperoleh dari pelajaran yang diajarkan kehidupan.
b. Untuk Karir atau Pekerjaan
Pendidikan penting karena melengkapi kita dengan keahlian yang diperlukan dalam membantu kita mewujudkan tujuan karir kita. Keahlian adalah pengetahuan yang mendalam tentang bidang tertentu yang dapat membuka pintu ke peluang karir yang cemerlang. Pendidikan yang baik adalah kriteria kalayakan untuk mendapatkan pekerjaan. Dalam bidang apapun, pendidikan selalu terbukti bermanfaat. Kita ditimbang di pasar kerja atas pendidikan kita dan seberapa baik kita menerapkannya.
c. Membangun Karakter
Pendidikan penting karena mengajarkan kita perilaku yang benar dan sopan santun, sehingga membuat kita beradab. Pendidikan adalah dasar dari budaya dan peradaban. Hal ini penting dalam pengembangan nilai-nilai dan kebajikan kita. Pendidikan memupuk kita menjadi individu dewasa, individu yang mampu merencanakan masa depan, dan mengambil keputusan yang tepat dalam hidup. Pendidikan memberikan kita wawasan hidup dan mengajarkan kita untuk belajar pada pengalaman.
d. Membantu Kemajuan Bangsa
Meskipun tidak terdaftar sebagai salah satu dari tiga kebutuhan dasar manusia, pendidikan adalah sama fungsinya. Untuk kemajuan bangsa, untuk pengayaan masyarakat pada umumnya pendidikan itu penting. Dalam dunia yang kompetitif saat ini, tidak bijaksana apabila mengabaikan pentingnya pendidikan untuk pengembangan masyarakat secara keseluruhan. Sebagian besar negara telah menyadari hal ini dan menyebabkan banyak pengembangan program pendidikan dari pemerintah berupa bantuan kepada sekolah-sekolah dan perguruan tinggi. Motif di balik ini mendorong majunya pendidikan di masyarakat.
e. Mengarahkan Kehidupan Masyarakat
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, pendidikan merupakan proses belajar mengajar yang bertujuan untuk mengarahkan dan mengembangkan berbagai tujuan hidup anggota masyarakat. Sehingga dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah suatu alat penyelamat dan pemberi arah mengenai perkembangan orang seorang maupun kelompok-kelompok sosial secara berkesinambungan.
f. Membuka Kesempatan Memperbaiki Nasib
Melalui pendidikan, orang dari golongan rendah dapat meningkat ke golongan yang lebih tinggi. Orang tua mengharapkan agar anak-anaknya mempunyai nasib yang lebih baik dan karena itu berusaha untuk menyekolahkan anaknya jika mungkin sampai memperoleh gelar dari suatu perguruan tinggi, walaupun sering dengan pengorbanan yang besar mengenai pembiayaannya. Hal itu dikarenakan gelar akademis sangat membantu untuk menduduki tempat terhormat dalam dunia pekerjaan. Mereka yang telah menduduki tempat yang tinggi memandang pendidikan tinggi sebagai syarat mutlak untuk mempertahankan status sosial.
g. Menyediakan Tenaga Pembangunan
Bagi negara-negara berkembang, pendidikan dipandang sebagai alat yang paling ampuh untuk menyiapkan tenaga yang terampil dan ahli dalam segala sektor pembangunan. Kekayaan alam hanya mengandung arti bila didukung keahlian. Maka karena itu manusia merupakan sumber utama bagi pembangunan negara.
h. Membantu Memecahkan Masalah-masalah Sosial
Masalah-masalah sosial diharapkan dapat diatasi dengan mendidik generasi muda untuk mencegah penyakit-penyakit sosial seperti kejahatan, pertumbuhan penduduk yang melewati batas, pengrusakan lingkungan, kecelakaan lalu lintas, narkotika, dan sebagainya.
i. Mentransmisi Kebudayaan
Demi kelangsungan hidup bangsa dan negara, kepada generasi muda disampaikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa itu. Setiap warga negara diharapkan menghormati pahlawannya, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur yang diwariskan nenek moyang dan dengan demikian meresapkan rasa kesatuan dan persatuan bangsa.
j. Membentuk Manusia yang Sosial
Pendidikan diharapkan membentuk manusia sosial yang dapat bergaul dengan sesama manusia sekalipun berbeda agama, suku, pendirian, dan sebagainya. Ia juga harus dapat menyesuaikan diri dalam situasi sosial yang berbeda-beda.
k. Mentransformasi Kebudayaan
Pendidikan diharapkan menambah pengetahuan dengan mengadakan penemuan-penemuan baru yang dapat membawa perubahan dalam masyarakat. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan yang besar di dunia ini. Sebagian orang beranggapan bahwa pendidikan dapat digunakan untuk merekonstruksi masyarakat bahkan dapat mengontrol perubahan-perubahan ini.
2. Peran Masyarakat bagi Pendidikan
Peran serta masyarakat dalam pendidikan dijelaskan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pada Bab XV.
Pasal 54 (Bagian Kesatu)
(1) Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan.
(2) Masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber, pelaksana, dan pengguna hasil pendidikan.
(3) Ketentuan mengenai peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 55 (Bagian Kedua: Pendidikan Berbasis Masyarakat)
(1) Masyarakat berhak menyelenggarakan pendidikan berbasis masyarakat pada pendidikan formal dan nonformal sesuai dengan kekhasan agama, lingkungan sosial, dan budaya untuk kepentingan masyarakat.
(2) Penyelenggara pendidikan berbasis masyarakat mengembangkan dan melaksanakan kurikulum dan evaluasi pendidikan, serta manajemen dan pendanaannya sesuai dengan standar nasional pendidikan.
(3) Dana penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat dapat bersumber dari penyelenggara, masyarakat, Pemerintah, Pemerintah Daerah dan/atau sumber lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(4) Lembaga pendidikan berbasis masyarakat dapat memperoleh bantuan teknis, subsidi dana, dan sumber daya lain secara adil dan merata dari Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.
(5) Ketentuan mengenai peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 56 (Bagian Ketiga: Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah/Madrasah)
(1) Masyarakat berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang meliputi perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan melalui dewan pendidikan dan komite sekolah/madrasah.
(2) Dewan pendidikan sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat Nasional, Propinsi, dan Kabupaten/ Kota yang tidak mempunyai hubungan hirarkis.
(3) Komite sekolah/madrasah, sebagai lembaga mandiri, dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.
(4) Ketentuan mengenai pembentukan dewan pendidikan dan komite sekolah/madrasah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Selanjutnya, bentuk dan sifat peran serta masyarakat juga diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1992 tentang Peranserta Masyarakat dalam Pendidikan Nasional BAB III Pasal 4, yakni peran serta masyarakat dapat berbentuk:
a. Pendirian dan penyelenggaraan satuan pendidikan pada jalur pendidikan sekolah atau jalur pendidikan luar sekolah, pada semua jenis pendidikan kecuali pendidikan kedinasan, dan pada semua jenjang pendidikan di jalur pendidikan sekolah.
b. Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga kependidikan untuk melaksanakan atau membantu melaksanakan pengajaran, pembimbingan dan/atau pelatihan peserta didik.
c. Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga ahli untuk membantu pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar dan/atau penelitian dan pengembangan.
d. Pengadaan dan/atau penyelenggaraan program pendidikan yang belum diadakan dan/atau diselenggarakan oleh Pemerintah untuk menunjang pendidikan nasional.
e. Pengadaan dana dan pemberian bantuan yang dapat berupa wakaf, hibah, sumbangan, pinjaman, beasiswa, dan bentuk lain yang sejenis.
f. Pengadaan dan pemberian bantuan ruangan, gedung, dan tanah untuk melaksanakan kegiatan belajar-mengajar.
g. Pengadaan dan pemberian bantuan buku pelajaran dan peralatan pendidikan untuk melaksanakan kegiatan belajar-mengajar.
h. Pemberian kesempatan untuk magang dan/atau latihan kerja.
i. Pemberian bantuan manajemen bagi penyelenggaraan satuan pendidikan dan pengembangan pendidikan nasional.
j. Pemberian pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan penentuan kebijaksanaan dan/atau penyelenggaraan pengembangan pendidikan.
k. Pemberian bantuan dan kerjasama dalam kegiatan penelitian dan pengembangan.
l. Keikutsertaan dalam program pendidikan dan/atau penelitian yang diselenggarakan oleh Pemerintah di dalam dan/atau di luar negeri.
C. PENDIDIKAN DI MASYARAKAT TRADISIONAL DAN MODERN
1. Pendidikan di Masyarakat Tradisional
Masyarakat tradisional sering diartikan sebagai masyarakat yang kehidupannya masih banyak dikuasai oleh adat istiadat lama. Di dalam kehidupan sehari-harinya, masyarakat tradisional sering melakukan cara-cara atau kebiasaan-kebiasaan lama yang masih diwarisi dari nenek moyangnya sehingga kehidupan mereka belum terlalu dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang berasal dari luar lingkungan sosialnya. Ada beberapa masyarakat yang termasuk ke dalam kriteria masyarakat tradisional, yaitu masyarakat pada zaman dahulu, masyarakat pedalaman, dan masyarakat kota yang tidak mempunyai orientasi budaya peradaban masa kini.
Sejarah pendidikan masyarakat tradisional di Indonesia dimulai pada masa kerajaan. Pada umumnya, pendidikan diselenggarakan untuk mengajar anak-anak keluarga bangsawan, agar mereka siap meneruskan tugas dan tanggung jawab sebagai penerus tahta kerajaan. Pendidikan hanya bersifat terbatas dan elitis, itu berarti pendidikan hanya diperuntukkan bagi kalangan kerajaan serta bangsawan. Sedangkan, pada zaman kolonial Belanda, banyak hal yang menjadi penyebab ketertinggalan bidang pendidikan. Bangsa ini hanya dimanfaatkan sumber daya alamnya yang melimpah, sedangkan dalam sumber daya manusianya dibodohkan dengan berbagai cara, sehingga bangsa ini tidak mengalami masa perkembangan yang menakjubkan pada bidang pengetahuan, pendidikan maupun teknologi. Pendidikan hanya terbatas untuk orang-orang yang memiliki golongan ekonomi atas, terutama pegawai pemerintahan Belanda, kaum bangsawan, dan diutamakan dari kaum laki-laki. Namun pada zaman Raden Ajeng Kartini, ada dobrakan adat tradisi kuno. R.A. Kartini berkeinginan bahwa pendidikan harus diberikan kepada setiap orang tanpa memandang jenis kelamin, suku bangsa, agama, maupun status sosial ekonomi.
Di Indonesia, masyarakat pada zaman dahulu atau masyarakat yang tinggal di daerah terpencil pada saat ini juga sering disebut masyarakat tradisional karena pada zaman itu mereka masih memegang teguh adat istiadat leluhur. Selain itu, masyarakat tradisional biasanya berada di pedalaman sehingga kurang mengalami perubahan atau pengaruh dari kehidupan kota. Pengetahuan yang mereka miliki kurang terspesialisasi dan sedikit keterampilan sehingga membuat anak-anak memperoleh warisan budaya dengan mengamati dan meniru orang dewasa dalam berbagai kegiatan seperti upacara, berburu, pertanian, dan panen. Kebudayaan masyarakat tradisional merupakan hasil adaptasi terhadap lingkungan alam dan sosial sekitarnya tanpa menerima pengaruh luar. Jadi, kebudayaan masyarakat tradisional tidak mengalami perubahan mendasar. Karena peranan adat-istiadat sangat kuat menguasai kehidupan mereka.
Jika membahas mengenai pendidikan pada masyarakat pedalaman, seharusnya kita tidak perlu khawatir karena pada UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 5 ayat 1 menyatakan bahwa, “Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendididkan yang bermutu”, serta ayat 3 yang menyatakan bahwa, “Warga negara daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus.” Maka, pemerintah wajib memenuhi hak tersebut seperti yang dicantumkan dalam Pasal 11 ayat 1, “Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negaranya.” Jadi, walaupun di Indonesia masih terdapat masyarakat pedalaman yang sulit untuk dijangkau tetapi pemerintah mempunyai kewajiban untuk tetap memberikan pelayanan pendidikan yang sama seperti masyarakat kota terhadap masyarakat pedalaman tanpa pengecualian.
Selain masyarakat zaman dahulu dan masyarakat pedalaman, masyarakat kota yang tidak mempunyai orientasi budaya peradaban masa kini juga termasuk ke dalam masyarakat tradisional. Dalam hal pendidikan, seluruh masyarakat kota seharusnya sudah mendapatkannya secara merata dan mendapat sarana dan prasarana yang memadai. Namun pada kenyataannya, tidak seluruh masyarakat kota dapat merasakan hal tersebut. Terdapat beberapa sekolah yang menempatkan guru sebagai satu-satunya pelaku pendidikan. Siswa tidaklah terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Dalam hal sumber belajar, buku merupakan sumber belajar yang paling sering digunakan. Jika dibandingkan dengan kemajuan yang terjadi saat ini, lingkungan sekitar, alat elektronik seperti internet bisa juga digunakan sebagai sumber belajar. Dan yang teakhir dan masih menjadi kontroversi saat ini adalah masih berlakunya hukuman fisik sebagai tindakan yang diambil guru untuk membuat anak hormat dan untuk menghukum jika ada kesalahan yang diperbuat siswa.
Terlepas dari berbagai macam masyarakat yang termasuk ke dalam masyarakat tradisional serta ciri pendidikannya, ciri pendidikan tradisional secara umum dapat dilihat sebagai berikut:
a. Anak-anak biasanya dikirim ke sekolah di dalam geografis tertentu kemudian mereka dimasukkan ke dalam kelas yang kemudian dibedakan berdasarkan umur
b. Prinsip sekolah yang otoritarian menyebabkan anak harus menyesuaikan diri dengan tolak ukur perilaku yang ada
c. Guru memikul tanggung jawab pengajaran
d. Pembelajaran berpegang pada kurikulum yang sudah ditetapkan
e. Bahan ajar yang paling umum tertera dalam kurikulum adalah buku-buku teks
f. Di dalam kelas, guru menjadi satu-satunya pelaku pendidikan
g. Guru berbicara dan murid hanya menyimak tanpa ikut berperan aktif
h. Tatanan bangku berurut dan masih diberlakukannya hukuman fisik bagi murid yang tidak taat
2. Pendidikan di Masyarakat Modern
Masyarakat modern adalah masyarakat yang menempatkan mesin dan teknologi pada posisi yang sangat penting dalam kehidupannya sehingga mempengaruhi ritme kehidupan dan norma-norma. Masyarakat modern merupakan masyarakat yang sebagian besar warganya mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban dunia masa kini. Masyarakat modern relatif bebas dari kekuasaan adat istiadat lama. Karena mengalami perubahan dalam perkembangan zaman dewasa ini. Berlawanan dengan masyarakat tradisional, perubahan-perubahan itu terjadi sebagai akibat masuknya pengaruh kebudayaan dari luar yang membawa kemajuan terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Masyarakat modern bisa dilihat dari ciri-ciri berikut ini:
a. Masyarakat modern cenderung bersikap netral bahkan menuju sikap tidak memperhatikan atau tidak peduli dan juga lebih mementingkan diri sendiri.
b. Masyarakat modern suka mengejar prestasi, serta cenderung berterus terang dalam mengungkapkan segala sesuatu.
c. Dalam mencapai kemajuan, masyarakat modern berusaha agar mereka mempunyai pendidikan yang cukup tinggi dan berusaha agar mereka selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
d. Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi seimbang dengan kemajuan di bidang lainnya seperti ekonomi, politik, hukum, dan sebagainya.
Bagi negara-negara berkembang seperti halnya Indonesia, umumnya masyarakat modern ini disebut juga masyarakat perkotaan atau masyarakat kota. Pengertian kota secara sosiologi terletak pada sifat dan ciri kehidupannya dan bukan ditentukan oleh menetapnya sejumlah penduduk di suatu wilayah perkotaan. Dari pengertian di atas, dapat diartikan bahwa tidak semua warga masyarakat kota dapat disebut masyarakat modern, sebab banyak orang kota yang tidak mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan peradaban dunia masa kini, misalnya gelandangan atau orang yang tidak jelas pekerjaan dan tempat tinggalnya.
Dalam masyarakat modern, pendidikan memegang peranan sangat penting dalam hal meningkatkan kecerdasan dan keterampilan. Pendidikan pada masyarakat modern umumnya diarahkan untuk mempersiapkan generasi yang mampu menghadapi tantangan. Pada zaman ini, teknologi informasi sudah mulai memegang peran penting untuk dikembangkan dan dikuasai. Dengan pengetahuan yang cukup, masyarakat akan mempunyai pandangan yang cukup luas untuk mampu mengantisipasi kehidupan masa mendatang dan melakukan perbaikan kehidupan dengan memperkenalkan norma sosial yang baru, yang dapat menjawab tantangan masa mendatang. Jadi, pengetahuanlah yang menjadi modal utama bagi masyarakat modern untuk tetap bertahan dalam situasi dan kondisi peradaban modern.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan mereka untuk memperoleh pengetahuan, mereka menyediakan fasilitas pendidikan formal mulai dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi di samping pendidikan keterampilan khusus lainnya. Kelangsungan pendidikan ini diatur oleh pranata sosial baik pendidikan yang diselenggarakan pemerintah maupun oleh swasta. Karena peranan pendidikan ini sangat vital dalam menentukan kehidupan masa mendatang, maka penyelenggaraannya sangat terpelihara dan mendapat dukungan masyarakat. Warga masyarakat modern umumnya menikmati pendidikan sekolah mulai dari tingkat dasar, menengah, maupun tinggi. Peranan pendidikan keluarga tetap terpelihara dengan baik khususnya dalam membentuk kepribadian seseorang. Sedangkan untuk pengembangan pengetahuan dan keterampilannya, peranan pendidikan sekolahlah yang lebih berperan.
Pendidikan pada masyarakat modern ini bertolak belakang dengan pendidikan tradisional. Pada pendidikan modern, guru bertindak sebagai fasilitator dan peserta didik mengambil dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik dituntut untuk lebih aktif di kelas. Proses pembelajaran tidak hanya menggunakan buku teks, melainkan memanfaatkan media pembelajaran yang sekarang sudah berkembang pesat. Proses pembelajaran pun tidak terbatas di kelas saja melainkan bisa dilakukan di luar kelas sesuai dengan kebutuhan. Selain itu, kebanyakan guru dalam mayarakat modern cenderung mengajarkan sesuatu yang jauh dari realita yang ada kepada peserta didik. Anak-anak dalam masyarakat modern cenderung di bawah tekanan yang besar dari orang tua dan gurunya untuk menguasai pelajaran dalam waktu yang telah ditentukan sehingga berpotensi menimbulkan kelainan mental jika hasil yang akan dicapai terlalu berat dibandingkan dengan kemampuan anak.
D. PENDIDIKAN DI MASYARAKAT DUNIA
1. Pendidikan di Negara-negara Terbelakang
Pada umumnya negara-negara terbelakang ini belum mampu mencukupi kebutuhan hidup rakyatnya. Perkembangan sosial ekonominya masih tergantung kepada penggunaan tenaga-tenaga asing, khususnya dalam bidang-bidang dasar di beberapa lembaga sosial ekonomi yang cukup penting. Negara-negara tersebut masih merupakan masyarakat tradisional yang kehidupannya masih banyak menghadapi berbagai tantangan maupun kesulitan. Contoh negara yang tergolong terbelakang ini, seperti Negara Somalia dan Kongo.
Pendidikan di negara-negara ini kenyataannya benar-benar masih terbelakang jika dibandingkan dengan negara-negara lain yang lebih maju. Secara kuantitas, pendidikannya belum bisa dinikmati oleh seluruh anak yang berusia sekolah, bahkan persentase anak-anak yang dapat menikmati pendidikan itu pun masih sangat kecil. Oleh karena itu, maka pendidikan di negara-negara tersebut belum mampu memenuhi berbagai tuntutan maupun kebtuhan masyarakatnya. Negara-negara terbelakang ini juga belum mampu menghadapi perkembangan pesat negara-negara lain yang sebenarnya sangat dibutuhkan.
Negara-negara terbelakang ini, masih selalu berorientasi menempatkan orang-orang asing menduduki jabatan-jabatan penting di berbagai pusat pemerintahannya. Sebenarnya pendidikan menengah itu harus mampu membuat suatu perencanaan yang luas dan baik mengenai masalah pemerataan atau perluasan pendidikan di negara-negara tersebut. Sehingga masalah pendidikan ini akhirnya juga merupakan masalah yang perlu ditangani oleh pemerintah dengan jalan membuat program penyelesaiannya sesuai dengan berbagai tuntutan negara, baik yang berkaitan dengan masalah ekonomi, politik, nasionalisme, maupun kemasyarakatan. Hal ini pun harus disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki oleh negara, berdasarkan hasil berbagai studi mengenai penyelesaian masalah pendidikan. Sebab dengan menyelesaikan masalah pendidikan tingkat menengah ini, akan mempermudah penyelesaian masalah pendidikan-pendidikan selanjutnya.
Dengan demikian diharapkan anak-anak yang telah tamat sekolah menengah ini dapat menggantikan jabatan yang selama ini diduduki oleh orang-orang asing. Begitu juga, para tamatan universitas dapat menggantikan para pemimpin yang sudah menjabat berpuluh-puluh tahun yang hanya memiliki pengetahuan tingkat menengah saja.
Ada beberapa hasil studi yang cukup penting, yakni studi dari hasil Konggres negara-negara Afrika di Addis Ababa pada tahun 1962, mengenai pengembangan pendidikan di Benua Afrika. Hasil studi tersebut menegaskan bahwa di negara-negara terbelakang itu tidak terdapat keseimbangan dalam masalah pengembangan pendidikan, baik antara perkembangan pendidikan dasar dan pendidikan menengah maupun antara perkembangan pendidikan menengah dengan berbagai tuntutan kemajuan zaman di masa-masa mendatang. Negara-negara terbelakang dalam hal ini, seyogyanya dapat mengambil pelajaran dari berbagai kesalahan yang dilakukan oleh negara-negara lain, baik dari negara-negara berkembang maupun negara-negara semi maju.
2. Pendidikan di Negara-negara Berkembang
Negara-negara ini sudah banyak terdapat kemajuan dan perkembangan, dalam hal pendapatan-pendapatan nasional maupun anak-anak yang berpendidikan. Akan tetapi tidak jauh berbeda dengan negara terbelakang dalam hal menangani masalah pendidikan senantiasa masih menggantungkan diri kepada tenaga-tenaga ahli dari luar negeri, khususnya dalam bidang-bidang spesialiasasi yang sangat pelik. Sekalipun demikian, tenaga-tenaga ahli asing yang dibutuhkan kadarnya lebih kecil daripada yang diperlukan negara-negara terbelakang. Contoh negara yang tergolong negara berkembang, yakni seperti negara kita, Indonesia dan Brazil.
Sebagian besar negara-negara berkembang ini memang memiliki berbagai perekonomian dan kemampuan industrialisasi yang cukup besar sekalipun sebagian besar penduduknya bekerja dalam bidang pertanian. Terdapat juga ledakan penduduk dan bertambah banyaknya anak-anak yang berusia sekolah. Oleh karena itu, negara-negara tersebut sangat membutuhkan perluasan atau pemerataan pendidikan khususnya pendidikan dasar. Hal itu jelas tidak mungkin terwujud tanpa dengan tambahan yang cukup mengenai income perkapita. Sebab sebagian besar negara tersebut mengikat seluruh rakyatnya, yakni keharusan belajar ilmu pengetahuan umum dalam waktu sedekat mungkin. Sekalipun hal ini sebenarnya juga akan terbentur kepada masalah kualitas pendidikan itu sendiri. Begitu juga dengan dibukanya sebanyak mungkin sekolah-sekolah dasar, tentu akan timbul suatu tuntutan baru dari kalangan masyarakat untuk dibukanya sekolah-sekolah menengah, perguruan-perguruan tinggi maupun akadami-akademi.
Dengan dibukanya banyak sekolah-sekolah dasar ini pun pastinya juga akan menimbulkan masalah baru, yakni berkaitan dengan guru. Sebab, pendidikan dasar membutuhkan sejumlah guru yang tidak sedikit. Apalagi untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan atau pelayanan pendidikan itu, semua guru harus mempunyai keahlian yang sesuai dengan bidangnya. Semua itu masih merupakan suatu kesulitan bagi negara-negara berkembang, baik hal itu berkaitan dengan segi materi atau biaya maupun berbagai potensi manusia, yakni tenaga pengajar yang baik.
Oleh karena itu, sebagai langkah awal negara-negara tersebut harus mengatur penggunaan guru-guru yang dimilikinya, meningkatkan taraf pelaksanaan tugas mengajar mereka, mengembangkan dan mensistimatisir beberapa metode pengajaran, buku-buku dan berbagai prasarana lainnya, sehingga mampu menghasilkan dampak pendidikan yang sebesar mungkin.
3. Pendidikan di Negara-negara Semi Maju
Kemajuan negara-negara ini berbeda dengan kemajuan negara maju maupun negara terbelakang. Negara-negara semi maju ini hampir mampu mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri dengan berbagai kekayaannya yang cukup banyak. Bahkan beberapa negara tersebut ada yang telah mengekspor kekayaan-kekayaannya ke beberapa negara lain. Hal ini tidak termasuk pengiriman para sarjana maupun ahli-ahli yang brilliant, sebab jumlah mereka masih terbilang cukup kecil.
Negara-negara tersebut telah dapat mengatasi beberapa kesulitan yang dihadapinya dan sedang dalam status menuju taraf negara maju. Sebab mereka telah memiliki sejumlah bangunan lembaga pendidikan yang megah dan luas, baik pendidikan dasar, menengah, maupun pendidikan tinggi, dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Termasuk ke dalam golongan negara semi maju, antara lain Taiwan, Norwegia, dan Polandia.
Sebagian besar negara-negara semi maju memang telah mampu mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri dengan berbagai potensi ekonomisnya. Dan walaupun didapati suatu kekurangan, maka sebenarnya hal itu tidak akan menganggu kemajuan pendidikan. Namun demikian seyogyanya masalah pendidikan ini direncanakan dengan sebaik mungkin dalam rangka mencapai kemajuannya. Begitu pula perlu adanya perencanaan yang matang dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhan anggota masyarakat.
Masalah kekurangan tenaga pengajar pada pendidikan tingkat menengah dan pendidikan tinggi, khususnya guru-guru dalam bidang kejuruan juga dirasakan oleh negara-negara semi maju. Selain itu, negara-negara tersebut juga masih sangat membutuhkan beberapa perguruan tinggi, pusat-pusat penelitian ilmiah untuk ilmu pengetahuan kejuruan, ilmu pengetahuan alam, biologi, ilmu pasti, dan pertanian dalam rangka mengikuti pekembangan abad teknologi dan kemajuan ilmu pengetahuan ini. Hal ini juga akan menuntut adanya suatu sistem yang cukup baik untuk meningkatkan bobot penelitian ilmiah tersebut, mempersiapkan tenaga-tenaga peneliti yang baik maupun berusaha mendayagunakan hasil daripada beberapa penelitian tadi.
Kemudian usaha perluasan atau pemerataan pendidikan itu pun juga akan menuntut adanya bangunan-bangunan gedung sekolah dan sejumlah dana yang cukup besar dan akan bertambah terus. Akibatnya muncul masalah baru yang menuntut adanya gerakan industrialisasi, meningkatkan pendapatan negara, menurunkan dana, meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menurunkan angka kelahiran, mempersiapkan program-program pendidikan khusus untuk orang tua dan memberi berbagai latihan kepada para pegawai dalam rangka meningkatkan kecukupan hidup anggota masyarakat agar lebih produktif hidupnya.
Maka negara-negara semi maju ini harus secepat mungkin membuat berbagai perencanaan, baik mengenai pemerataan wajib belajar maupun berusaha meningkatkan atau menaikkan usia belajar di sekolah dasar menjadi delapan atau sembilan tahun. Masalah kualitasnya pun juga tidak boleh diabaikan, sekalipun berbarengan dengan upaya mengatasi masalah drop out, menurunkan angka anak-anak yang kehilangan kesempatan belajar, meningkatkan kemampuan para gurunya baik dalam bidang ilmu pengetahuan, keterampilan, maupun taraf hidupnya, memprioritaskan pembangunan gedung-gedung sekolah di desa-desa, di daerah-daerah yang berkembang maupun berusaha menarik para siswa agar senang belajar di sekolah-sekolah tersebut.
4. Pendidikan di Negara-negara Maju
Negara-negara ini adalah golongan negara yang berindustri maju, telah mencapai berbagai penemuan ilmiah dan teknologi serta memiliki sumber daya manusia yang cukup besar dan beraneka ragam. Adapun pendidikannya dapat dikatakan telah mencapai kesuksesan besar, khususnya sangat banyak pendidikan menengah. Jumlah guru pada pendidikan dasar dan menengahnya lima kali lipat lebih banyak dari negara-negara terbelakang dan sekitar satu setengah dari negara-negara semi maju. Persentase anak-anak yang mendaftar sekolah dasar dari kelompok usia 5-14 tahun sebanyak tiga kali lipat dari negara-negara berkembang.
Negara-negara maju memang mengejar kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sangat memperhatikan potensi sistem pendidikannya dan sumber daya manusianya pun cukup sempurna dan sangat lengkap. Tergolong negara yang maju, yakni Amerika Serikat, Jepang, Australia, dan Belanda.
Negara maju tidak lagi menghadapi masalah kelebihan sarjana, sebab di negara tersebut terdapat lapangan kerja yang cukup banyak dan beraneka ragam yang mampu menyerap mereka semua. Begitu pula persentase perkembangan penduduk lebih kecil daripada negara-negara lain, baik negara berkembang, terbelakang, maupun semi maju.
Negara-negara maju ini memang menggunakan dana yang cukup tinggi untuk bidang pendidikan. Biaya pendidikannya hampir 5% dari keseluruhan pendapatan nasional. Sedangkan di negara berkembang, dana pendidikan itu hanya sekitar 2%, dan di negara semi maju sekitar 3%. Mengenai pemerataan pendidikan menengah di negara ini sudah dipandang sebagai hak bagi semua orang. Oleh karena itu kebutuhan mendesak yang menuntut segera dipenuhi, yaitu pemerataan pendidikan menengah tersebut. Sebab, kebanyakan putra-putri bangsa di negara maju memiliki kemauan besar untuk menyelesaikan studi mereka. Bahkan ada kecenderungan untuk menyelesaikan studinya baik pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi. Sekalipun demikian, pendidikan tinggi tersebut belum merata di seluruh negara-negara maju.
Di negara-negara maju ini khususnya pendidikan menengah sangat memerlukan adanya penanganan yang lebih baik sehingga mampu mengarahkan atau membina para siswa dengan berbagai ilmu pengetahuan maupun keterampilan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Masalahnya pendidikan tersebut sudah merupakan kebutuhan yang mesti dipenuhi atau hak bagi seluruh anggota masyarakat. Oleh karena itu hendaknya terus ditingkatkan perhatiannya terhadap masalah kuantitas maupun kualitasnya.
Kenyataan masih didapatkan drop out di negara-negara maju ini, berarti masih diperlukan adanya perbaikan sistem pendidikannya, meningkatkan kesadaran akan pentingnya belajar di kalangan masyarakat maupun dengan jalan mempersiapkan berbagai program pelajaran yang lebih baik. Bertambahnya pendidikan menengah, banyak diterimanya para siswa yang telah tamat sekolah menengah di perguruan tinggi maupun minat mereka yang cukup besar untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi tentu mendorong adanya perluasan maupun peningkatan pendidikan tinggi dan merumuskan program penambahan jumlah dosen serta berusaha memperluas berbagai studi dan penelitian-penelitian ilmiah. Dan tentu saja semuanya menuntut adanya penambahan anggaran belanja pendidikan yang lebih besar. Oleh karena itu, lembaga-lembaga swasta pun harus ikut memikul atau menangani masalah ini dengan penuh tanggung jawab dan menyediakan dana yang mencukupi.
BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN:
Pendidikan berarti proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik. Sedangkan masyarakat merupakan sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama.
Dalam pendidikan diperlukan kurikulum yang berorientasi pada anak dan juga masyarakat. Tidak mungkin kurikulum efektif tanpa memperhitungkan anak, dan tidak ada kurikulum yang tidak mempersiapkan anak untuk masyarakat. Setiap kurikulum harus relevan dengan kebutuhan masyarakat karena sekolah didirikan oleh masyarakat untuk mempersiapkan anak untuk masyarakat. Maka dari itu, guru perlu mempelajari dan mengenal masyarakat sekitarnya.
Berkaitan dengan hubungan pendidikan dan masyarakat, terdapat beberapa peran pendidikan bagi masyarakat, antara lain memberikan pengetahuan, untuk karir, serta membangun karakter. Begitupun masyarakat, juga memiliki peran yang besar bagi pendidikan, seperti mendirikan dan menyelenggarakan satuan pendidikan pada jalur pendidikan sekolah atau jalur pendidikan luar sekolah, pada semua jenis pendidikan kecuali pendidikan kedinasan, dan pada semua jenjang pendidikan di jalur pendidikan sekolah.
Masyarakat tradisional sering diartikan sebagai masyarakat yang kehidupannya masih banyak dikuasai oleh adat istiadat lama. Ada beberapa masyarakat yang termasuk ke dalam kriteria masyarakat tradisional, yaitu masyarakat pada zaman dahulu, masyarakat pedalaman, dan masyarakat kota yang tidak mempunyai orientasi budaya peradaban masa kini. Ciri pendidikan tradisional secara umum antara lain terlihat dari anak-anak biasanya dikirim ke sekolah di dalam geografis tertentu kemudian mereka dimasukkan ke dalam kelas yang kemudian dibedakan berdasarkan umur, prinsip sekolah yang otoritarian menyebabkan anak harus menyesuaikan diri dengan tolak ukur perilaku yang ada, serta guru memikul tanggung jawab pengajaran.
Sedangkan masyarakat modern adalah masyarakat yang menempatkan mesin dan teknologi pada posisi yang sangat penting dalam kehidupannya sehingga mempengaruhi ritme kehidupan dan norma-norma. Masyarakat modern merupakan masyarakat yang sebagian besar warganya mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban dunia masa kini. Dalam masyarakat modern, pendidikan memegang peranan sangat penting dalam hal meningkatkan kecerdasan dan keterampilan. Pendidikan pada masyarakat modern umumnya diarahkan untuk mempersiapkan generasi yang mampu menghadapi tantangan.
Dalam masyarakat dunia, kemajuan pendidikan dipengaruhi oleh kemajuan negara tersebut. Terdapat 4 kelompok negara, yakni negara terbelakang, negara berkembang, negara semi maju, dan negara maju. Kualitas maupun kuantitas pendidikan suatu negara tinggi ketika negara tersebut termasuk ke dalam golongan negara maju, begitupun sebaliknya. Atau dengan kata lain, semakin maju suatu negara semakin maju pula pendidikannya dan semakin terbelakang suatu negara maka semakin terbelakang pula pendidikannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Nazili Shaleh. Pendidikan dan Masyarakat. 1989. Yogyakarta: CV Bina Usaha
Karsidi, Ravik. Sosiologi Pendidikan. 2008. Surakarta: UNS Press
Nasution. Sosiologi Pendidikan. 1995. Jakarta: Bumi Aksara
Vaizey, John. Pendidikan di Dunia Modern. 1978. Jakarta: PT Gunung Agung
https://www.academia.edu/9917408/PENTINGNYA_PENDIDIKAN_BAGI_MANUSIA diakses pada hari Kamis, 22 September 2016 pukul 20.55 WIB
http://www.slideshare.net/srijadi/uu-no-20-2003-sistem-pendidikan-nasional diakses pada haris Senin, 26 September 2016 pukul 09.25 WIB
www.bphn.go.id/data/documents/92pp039.doc diakses pada hari Senin, 26 September 2016 pukul 09.35 WIB
https://www.academia.edu/6924101/pendidikan_dalam_masyarakat_tradisional_modern_era_global_2014_ diakses pada hari Kamis, 22 September 2016 pukul 21.14 WIB
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sebagai manusia, kita dituntut untuk selalu belajar. Oleh karenanya, dewasa ini pendidikan menjadi suatu kebutuhan hidup yang wajib dimiliki oleh setiap orang. Selain itu, kita juga tidak dapat terlepas dari kehidupan bermasyarakat. Karena kita tinggal, melakukan segala macam aktivitas termasuk di dalamnya melakukan kegiatan pendidikan pun di tengah masyarakat. Tentunya kedua hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Antara pendidikan dan masyarakat pastinya memiliki hubungan yang erat serta saling berkaitan.
Maka di sini penulis akan memaparkan keterkaitan antara keduanya. Bagaimana pendidikan berperan dalam masyarakat maupun bagaimana peran masyarakat bagi pendidikan. Serta bagaimana keduanya dapat mengalami perkembangan secara beriringan sesuai dengan semakin majunya zaman.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian pendidikan dan masyarakat?
2. Bagaimana hubungan pendidikan dan masyarakat?
3. Bagaimana pendidikan di masyarakat tradisional dan modern?
4. Bagaimana pendidikan di masyarakat dunia?
C. TUJUAN PENYUSUNAN
1. Untuk memenuhi tugas pembuatan makalah pada mata kuliah Antropologi Sosiologi Pendidikan
2. Menambah wawasan tentang hubungan pendidikan dan masyarakat
D. MANFAAT PENYUSUNAN
1. Mengerti pengertian pendidikan dan masyarakat
2. Memahami hubungan pendidikan dan masyarakat
3. Memahami pendidikan di masyarakat tradisional dan modern
4. Memahami pendidikan di masyarakat dunia
BAB 2
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PENDIDIKAN DAN MASYARAKAT
Menururt Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata pendidikan berarti proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik. Sedangkan menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang dibutuhkan bagi dirinya, masyarakat dan bangsa. Secara umum, pendidikan diartikan sebagai aktivitas interaktif yang sadar dan terencana yang dilakukan minimal oleh dua orang, satu pihak berperan sebagai fasilitator dan dinamisator sedang pihak lainnya sebagai subjek yang berupaya mengembangkan diri, prosesnya dicapai melalui penciptaan suasana belajar dan proses pembelajaran, di dalamnya terdapat nilai yang diyakini kebenarannya sebagai dasar aktivitas yang memiliki tujuan baik dalam rangka mengembangkan segenap potensi internal individu. Puncak ketercapaian tujuan dari pendidikan ini adalah kedewasaan, baik fisik, psikologis, sosial, emosional, ekonomi, moral dan spiritual peserta didik.
Sedangkan masyarakat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama. Secara umum, masyarakat diartikan sebagai sekumpulan orang yang saling tolong-menolong dalam kehidupannya sesuai dengan sistem yang menentukan berbagai hubungan mereka dengan bagian lainnya dalam rangka merealisasi tujuan-tujuan tertentu dan menghubungkan mereka dengan sebagian lainnya dengan beberapa ikatan spiritual maupun materiil. Masyarakat terdiri atas kelompok manusia yang menempati daerah tertentu, menunjukkan integrasi berdasarkan pengalaman bersama berupa kebudayaan, memiliki sejumlah lembaga yang melayani kepentingan bersama, mempunyai kesadaran akan kesatuan tempat tinggal dan bila perlu dapat bertindak bersama.
Masyarakat pada dasarnya bekerja dengan polanya sendiri, yakni menggunakan berbagai sistem dan keyakinannya untuk memelihara bangunan sosialnya, tradisi-tradisi, kebudayaan serta berusaha mewariskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya sebagai suatu upaya pelestarian. Dalam berpindah dari suatu masyarakat kepada masyarakat lain pun, mereka juga menggunakan berbagai sarana yang bermacam-macam, seperti pemberitahuan perpindahan, kekeluargaan, hubungan perdagangan, maupun kepariwisataan. Dan setiap masyarakat pun tidak harus bernaung di dalam taraf hidupnya sendiri, akan tetapi seyogyanya berusaha untuk maju, berkembang, dan meningkatkan setiap anggotanya, mengembangkan maupun mendidik mereka untuk meningkatkan kehidupan masyarakatnya.
B. HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN MASYARAKAT
Pada dasarnya setiap sekolah mendidik anak agar menjadi anggota masyarakat yang berguna. Namun, pendidikan di sekolah sering kurang relevan dengan kehidupan masyarakat. Kurikulum kebanyakan berpusat pada mata pelajaran yang tersusun secara logis sistematis yang tidak nyata hubungannya dengan kehidupan sehari-hari. Apa yang dipelajari tampaknya hanya perlu untuk kepentingan sekolah untuk ujian dan bukan untuk membantu anak agar hidup lebih efektif dalam masyarakatnya.
Dalam melaksanakan program sekolah, masyarakat diturutsertakan. Tokoh-tokoh dari setiap aspek kehidupan masyarakat, seperti dari dunia perusahaan, pemerintahan, agama, politik, dan sebagainya diminta bekerja sama dengan sekolah dalam proyek perbaikan masyarakat. Untuk itu diperlukan masyarakat yang merasa turut bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat dan atas pendidikan anak. Sekolah dan masyarakat dalam hal ini bekerja sama dalam suatu aksi sosial.
Banyak kesulitan yang dihadapi bila kita ingin menjalankan program semacam itu. Meminta waktu dan tenaga tokoh-tokoh masyarakat dalam suatu proyek pelajaran sekolah akan menemui rintangan. Demikian pula bila anak ingin mengunjungi berbagai kantor, pabrik, perusahaan, dan sebagainya. Kurikulum sekolah yang sepenuhnya didasarkan atas masalah-masalah masyarakat akan mendapat kecaman dari golongan yang menginginkan kurikulum akademis berdasarkan disiplin ilmu.
Sehingga diperlukan kurikulum yang berorientasi pada anak dan juga masyarakat. Tidak mungkin kurikulum efektif tanpa memperhitungkan anak, dan tidak ada kurikulum yang tidak mempersiapkan anak untuk masyarakat. Setiap kurikulum harus relevan dengan kebutuhan masyarakat karena sekolah didirikan oleh masyarakat untuk mempersiapkan anak untuk masyarakat. Maka dari itu, guru perlu mempelajari dan mengenal masyarakat sekitarnya.
Di sisi lain, dikatakan bahwa keluarga dan sekolah merupakan dua dasar pokok dalam kehidupan kemasyarakatan yang mengasuh anak dengan pendidikan dan pengajaran untuk mengarahkan tingkah laku dan pekerjaan mereka dengan berbagai tujuan yang dikehendakinya. Hal itu juga dimaksudkan untuk membentuk anggota masyarakat yang baik dan berguna. Sebab, mereka akan bekerja untuk mewujudkan tujuan-tujuan masyarakat yang cukup luas, baik masalah ekonomi, politik, kebudayaan, kemasyarakatan, dan tujuan-tujuan lainnya.
Oleh karena itu, sebenarnya kita akan menjumpai bahwa sistem pendidikan yang dicanangkan dalam sekolah itu berkaitan erat dengan berbagai sistem, seperti ekonomi, politik, dan sebagainya dalam rangka membina dan mengembangkan masyarakat yang memiliki sistem yang lengkap dan menjadi tumpuan dari seluruh sistem lainnya maupun tujuan masyarakat itu sendiri. Maka, sebenarnya pola dan bentuk pendidikan yang berbeda-beda dari satu tempat ke tempat lain itu tak lain karena adanya perbedaan bentuk atau sistem masyarakat yang lengkap maupun karena perbedaan tujuan dan berbagai sarana yang dipakai untuk mewujudkan tujuan tadi. Sebab pendidikan dalam kenyataannya yang semacam ini adalah merupakan pendidikan yang bertujuan membentuk anggota masyarakat yang berguna. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa pendidikan itu sebenarnya merupakan bagian dari bentuk budaya atau kebudayaan umum suatu masyarakat.
Pola dan kualitas pendidikan itu senantiasa akan berkaitan dengan sistem suatu masyarakat. Keberhasilan sosial politik maupun ekonominya juga akan mempengaruhi kulitas dan pola pendidikan secara keseluruhan maupun terhadap skala prioritasnya. Dengan keberhasilan tersebut, suatu masyarakat akan menjadi media pendidikan yang akan mempengaruhi anggotanya, baik dalam hal tingkah laku, kemauan, maupun pola berpikirnya. Masyarakat akan mempergunakan pendidikan itu sebagai sarana untuk mewujudkan berbagai aspirasi anggota masarakat sesuai dengan tujuan, kebutuhan, dan kemampuan yang dimiliki.
Selanjutnya, apabila pendidikan masyarakat itu mementingkan pengaruh seseorang di dalam masyarakat maupun lingkungannya, baik dalam hal ini dari anggota masyarakat sendiri, kelompok-kelompok sosial, lembaga-lembaga, organisasi-organisasi, tingkah laku dan berbagai tujuan lain, maka pendidikan tersebut jelas merupakan alat penentu dan pemberi arah dalam berbagai perubahan yang terjadi, baik dalam hal tingkah laku, kemauan anggota maupun kelompok-kelompok yang terdapat di dalam masyarakat. Sebab, pendidikan yang merupakan suatu proses belajar mengajar yang berkesinambungan dan integral haruslah bertujuan untuk mengarahkan dan mengembangkan berbagai tujuan hidup anggota masyarakat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan suatu alat penyelamat dan pemberi arah mengenai perkembangan orang seorang maupun kelompok-kelompok sosial secara berkesinambungan.
Oleh karenanya, maka pendidikan senantiasa berubah dan berkembang sesuai dengan pekembangan yang dituju oleh masyarakat. Selain itu, pendidikan bertanggung jawab mengenai pengenalan anggota masyarakat terhadap berbagai kelemahan dan kekuatan masyarakat, sebab-sebab kelemahan dan berbagai saran pemecahannya dalam rangka menghadapi berbagai tuntutan yang senantiasa berubah dan berkembang serta bertambah banyak dari anggota masyarakat dan atau upaya pengembangannya untuk mewujudkan berbagai tuntutan kehidupan tadi.
Berkaitan dengan hubungan pendidikan dan masyarakat, terdapat beberapa peran pendidikan bagi masyarakat serta sebaliknya, peran masyarakat bagi pendidikan.
1. Peran Pendidikan bagi Masyarakat
a. Memberikan Pengetahuan
Sebuah efek langsung pendidikan adalah mendapat pengetahuan. Pendidikan memberikan kita pengetahuan tentang dunia sekitar, mengembangkan perspektif kita dalam memandang kehidupan dan membantu kita membentuk pendapat dan mengembangkan sudut pandang. Informasi yang terus menerus membombardir kita, tidak dapat dikonversi menjadi pengetahuan tanpa katalis yang disebut pendidikan. Pendidikan membuat kita mampu menafsirkan hal-hal yang benar dan menerapkan informasi yang dikumpulkan dalam skenario kehidupan nyata. Pendidikan tidak terbatas pada pelajaran dari buku teks, pendidikan yang sesungguhnya diperoleh dari pelajaran yang diajarkan kehidupan.
b. Untuk Karir atau Pekerjaan
Pendidikan penting karena melengkapi kita dengan keahlian yang diperlukan dalam membantu kita mewujudkan tujuan karir kita. Keahlian adalah pengetahuan yang mendalam tentang bidang tertentu yang dapat membuka pintu ke peluang karir yang cemerlang. Pendidikan yang baik adalah kriteria kalayakan untuk mendapatkan pekerjaan. Dalam bidang apapun, pendidikan selalu terbukti bermanfaat. Kita ditimbang di pasar kerja atas pendidikan kita dan seberapa baik kita menerapkannya.
c. Membangun Karakter
Pendidikan penting karena mengajarkan kita perilaku yang benar dan sopan santun, sehingga membuat kita beradab. Pendidikan adalah dasar dari budaya dan peradaban. Hal ini penting dalam pengembangan nilai-nilai dan kebajikan kita. Pendidikan memupuk kita menjadi individu dewasa, individu yang mampu merencanakan masa depan, dan mengambil keputusan yang tepat dalam hidup. Pendidikan memberikan kita wawasan hidup dan mengajarkan kita untuk belajar pada pengalaman.
d. Membantu Kemajuan Bangsa
Meskipun tidak terdaftar sebagai salah satu dari tiga kebutuhan dasar manusia, pendidikan adalah sama fungsinya. Untuk kemajuan bangsa, untuk pengayaan masyarakat pada umumnya pendidikan itu penting. Dalam dunia yang kompetitif saat ini, tidak bijaksana apabila mengabaikan pentingnya pendidikan untuk pengembangan masyarakat secara keseluruhan. Sebagian besar negara telah menyadari hal ini dan menyebabkan banyak pengembangan program pendidikan dari pemerintah berupa bantuan kepada sekolah-sekolah dan perguruan tinggi. Motif di balik ini mendorong majunya pendidikan di masyarakat.
e. Mengarahkan Kehidupan Masyarakat
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, pendidikan merupakan proses belajar mengajar yang bertujuan untuk mengarahkan dan mengembangkan berbagai tujuan hidup anggota masyarakat. Sehingga dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah suatu alat penyelamat dan pemberi arah mengenai perkembangan orang seorang maupun kelompok-kelompok sosial secara berkesinambungan.
f. Membuka Kesempatan Memperbaiki Nasib
Melalui pendidikan, orang dari golongan rendah dapat meningkat ke golongan yang lebih tinggi. Orang tua mengharapkan agar anak-anaknya mempunyai nasib yang lebih baik dan karena itu berusaha untuk menyekolahkan anaknya jika mungkin sampai memperoleh gelar dari suatu perguruan tinggi, walaupun sering dengan pengorbanan yang besar mengenai pembiayaannya. Hal itu dikarenakan gelar akademis sangat membantu untuk menduduki tempat terhormat dalam dunia pekerjaan. Mereka yang telah menduduki tempat yang tinggi memandang pendidikan tinggi sebagai syarat mutlak untuk mempertahankan status sosial.
g. Menyediakan Tenaga Pembangunan
Bagi negara-negara berkembang, pendidikan dipandang sebagai alat yang paling ampuh untuk menyiapkan tenaga yang terampil dan ahli dalam segala sektor pembangunan. Kekayaan alam hanya mengandung arti bila didukung keahlian. Maka karena itu manusia merupakan sumber utama bagi pembangunan negara.
h. Membantu Memecahkan Masalah-masalah Sosial
Masalah-masalah sosial diharapkan dapat diatasi dengan mendidik generasi muda untuk mencegah penyakit-penyakit sosial seperti kejahatan, pertumbuhan penduduk yang melewati batas, pengrusakan lingkungan, kecelakaan lalu lintas, narkotika, dan sebagainya.
i. Mentransmisi Kebudayaan
Demi kelangsungan hidup bangsa dan negara, kepada generasi muda disampaikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa itu. Setiap warga negara diharapkan menghormati pahlawannya, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur yang diwariskan nenek moyang dan dengan demikian meresapkan rasa kesatuan dan persatuan bangsa.
j. Membentuk Manusia yang Sosial
Pendidikan diharapkan membentuk manusia sosial yang dapat bergaul dengan sesama manusia sekalipun berbeda agama, suku, pendirian, dan sebagainya. Ia juga harus dapat menyesuaikan diri dalam situasi sosial yang berbeda-beda.
k. Mentransformasi Kebudayaan
Pendidikan diharapkan menambah pengetahuan dengan mengadakan penemuan-penemuan baru yang dapat membawa perubahan dalam masyarakat. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan yang besar di dunia ini. Sebagian orang beranggapan bahwa pendidikan dapat digunakan untuk merekonstruksi masyarakat bahkan dapat mengontrol perubahan-perubahan ini.
2. Peran Masyarakat bagi Pendidikan
Peran serta masyarakat dalam pendidikan dijelaskan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pada Bab XV.
Pasal 54 (Bagian Kesatu)
(1) Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan.
(2) Masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber, pelaksana, dan pengguna hasil pendidikan.
(3) Ketentuan mengenai peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 55 (Bagian Kedua: Pendidikan Berbasis Masyarakat)
(1) Masyarakat berhak menyelenggarakan pendidikan berbasis masyarakat pada pendidikan formal dan nonformal sesuai dengan kekhasan agama, lingkungan sosial, dan budaya untuk kepentingan masyarakat.
(2) Penyelenggara pendidikan berbasis masyarakat mengembangkan dan melaksanakan kurikulum dan evaluasi pendidikan, serta manajemen dan pendanaannya sesuai dengan standar nasional pendidikan.
(3) Dana penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat dapat bersumber dari penyelenggara, masyarakat, Pemerintah, Pemerintah Daerah dan/atau sumber lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(4) Lembaga pendidikan berbasis masyarakat dapat memperoleh bantuan teknis, subsidi dana, dan sumber daya lain secara adil dan merata dari Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.
(5) Ketentuan mengenai peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 56 (Bagian Ketiga: Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah/Madrasah)
(1) Masyarakat berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang meliputi perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan melalui dewan pendidikan dan komite sekolah/madrasah.
(2) Dewan pendidikan sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat Nasional, Propinsi, dan Kabupaten/ Kota yang tidak mempunyai hubungan hirarkis.
(3) Komite sekolah/madrasah, sebagai lembaga mandiri, dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.
(4) Ketentuan mengenai pembentukan dewan pendidikan dan komite sekolah/madrasah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Selanjutnya, bentuk dan sifat peran serta masyarakat juga diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1992 tentang Peranserta Masyarakat dalam Pendidikan Nasional BAB III Pasal 4, yakni peran serta masyarakat dapat berbentuk:
a. Pendirian dan penyelenggaraan satuan pendidikan pada jalur pendidikan sekolah atau jalur pendidikan luar sekolah, pada semua jenis pendidikan kecuali pendidikan kedinasan, dan pada semua jenjang pendidikan di jalur pendidikan sekolah.
b. Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga kependidikan untuk melaksanakan atau membantu melaksanakan pengajaran, pembimbingan dan/atau pelatihan peserta didik.
c. Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga ahli untuk membantu pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar dan/atau penelitian dan pengembangan.
d. Pengadaan dan/atau penyelenggaraan program pendidikan yang belum diadakan dan/atau diselenggarakan oleh Pemerintah untuk menunjang pendidikan nasional.
e. Pengadaan dana dan pemberian bantuan yang dapat berupa wakaf, hibah, sumbangan, pinjaman, beasiswa, dan bentuk lain yang sejenis.
f. Pengadaan dan pemberian bantuan ruangan, gedung, dan tanah untuk melaksanakan kegiatan belajar-mengajar.
g. Pengadaan dan pemberian bantuan buku pelajaran dan peralatan pendidikan untuk melaksanakan kegiatan belajar-mengajar.
h. Pemberian kesempatan untuk magang dan/atau latihan kerja.
i. Pemberian bantuan manajemen bagi penyelenggaraan satuan pendidikan dan pengembangan pendidikan nasional.
j. Pemberian pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan penentuan kebijaksanaan dan/atau penyelenggaraan pengembangan pendidikan.
k. Pemberian bantuan dan kerjasama dalam kegiatan penelitian dan pengembangan.
l. Keikutsertaan dalam program pendidikan dan/atau penelitian yang diselenggarakan oleh Pemerintah di dalam dan/atau di luar negeri.
C. PENDIDIKAN DI MASYARAKAT TRADISIONAL DAN MODERN
1. Pendidikan di Masyarakat Tradisional
Masyarakat tradisional sering diartikan sebagai masyarakat yang kehidupannya masih banyak dikuasai oleh adat istiadat lama. Di dalam kehidupan sehari-harinya, masyarakat tradisional sering melakukan cara-cara atau kebiasaan-kebiasaan lama yang masih diwarisi dari nenek moyangnya sehingga kehidupan mereka belum terlalu dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang berasal dari luar lingkungan sosialnya. Ada beberapa masyarakat yang termasuk ke dalam kriteria masyarakat tradisional, yaitu masyarakat pada zaman dahulu, masyarakat pedalaman, dan masyarakat kota yang tidak mempunyai orientasi budaya peradaban masa kini.
Sejarah pendidikan masyarakat tradisional di Indonesia dimulai pada masa kerajaan. Pada umumnya, pendidikan diselenggarakan untuk mengajar anak-anak keluarga bangsawan, agar mereka siap meneruskan tugas dan tanggung jawab sebagai penerus tahta kerajaan. Pendidikan hanya bersifat terbatas dan elitis, itu berarti pendidikan hanya diperuntukkan bagi kalangan kerajaan serta bangsawan. Sedangkan, pada zaman kolonial Belanda, banyak hal yang menjadi penyebab ketertinggalan bidang pendidikan. Bangsa ini hanya dimanfaatkan sumber daya alamnya yang melimpah, sedangkan dalam sumber daya manusianya dibodohkan dengan berbagai cara, sehingga bangsa ini tidak mengalami masa perkembangan yang menakjubkan pada bidang pengetahuan, pendidikan maupun teknologi. Pendidikan hanya terbatas untuk orang-orang yang memiliki golongan ekonomi atas, terutama pegawai pemerintahan Belanda, kaum bangsawan, dan diutamakan dari kaum laki-laki. Namun pada zaman Raden Ajeng Kartini, ada dobrakan adat tradisi kuno. R.A. Kartini berkeinginan bahwa pendidikan harus diberikan kepada setiap orang tanpa memandang jenis kelamin, suku bangsa, agama, maupun status sosial ekonomi.
Di Indonesia, masyarakat pada zaman dahulu atau masyarakat yang tinggal di daerah terpencil pada saat ini juga sering disebut masyarakat tradisional karena pada zaman itu mereka masih memegang teguh adat istiadat leluhur. Selain itu, masyarakat tradisional biasanya berada di pedalaman sehingga kurang mengalami perubahan atau pengaruh dari kehidupan kota. Pengetahuan yang mereka miliki kurang terspesialisasi dan sedikit keterampilan sehingga membuat anak-anak memperoleh warisan budaya dengan mengamati dan meniru orang dewasa dalam berbagai kegiatan seperti upacara, berburu, pertanian, dan panen. Kebudayaan masyarakat tradisional merupakan hasil adaptasi terhadap lingkungan alam dan sosial sekitarnya tanpa menerima pengaruh luar. Jadi, kebudayaan masyarakat tradisional tidak mengalami perubahan mendasar. Karena peranan adat-istiadat sangat kuat menguasai kehidupan mereka.
Jika membahas mengenai pendidikan pada masyarakat pedalaman, seharusnya kita tidak perlu khawatir karena pada UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 5 ayat 1 menyatakan bahwa, “Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendididkan yang bermutu”, serta ayat 3 yang menyatakan bahwa, “Warga negara daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus.” Maka, pemerintah wajib memenuhi hak tersebut seperti yang dicantumkan dalam Pasal 11 ayat 1, “Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negaranya.” Jadi, walaupun di Indonesia masih terdapat masyarakat pedalaman yang sulit untuk dijangkau tetapi pemerintah mempunyai kewajiban untuk tetap memberikan pelayanan pendidikan yang sama seperti masyarakat kota terhadap masyarakat pedalaman tanpa pengecualian.
Selain masyarakat zaman dahulu dan masyarakat pedalaman, masyarakat kota yang tidak mempunyai orientasi budaya peradaban masa kini juga termasuk ke dalam masyarakat tradisional. Dalam hal pendidikan, seluruh masyarakat kota seharusnya sudah mendapatkannya secara merata dan mendapat sarana dan prasarana yang memadai. Namun pada kenyataannya, tidak seluruh masyarakat kota dapat merasakan hal tersebut. Terdapat beberapa sekolah yang menempatkan guru sebagai satu-satunya pelaku pendidikan. Siswa tidaklah terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Dalam hal sumber belajar, buku merupakan sumber belajar yang paling sering digunakan. Jika dibandingkan dengan kemajuan yang terjadi saat ini, lingkungan sekitar, alat elektronik seperti internet bisa juga digunakan sebagai sumber belajar. Dan yang teakhir dan masih menjadi kontroversi saat ini adalah masih berlakunya hukuman fisik sebagai tindakan yang diambil guru untuk membuat anak hormat dan untuk menghukum jika ada kesalahan yang diperbuat siswa.
Terlepas dari berbagai macam masyarakat yang termasuk ke dalam masyarakat tradisional serta ciri pendidikannya, ciri pendidikan tradisional secara umum dapat dilihat sebagai berikut:
a. Anak-anak biasanya dikirim ke sekolah di dalam geografis tertentu kemudian mereka dimasukkan ke dalam kelas yang kemudian dibedakan berdasarkan umur
b. Prinsip sekolah yang otoritarian menyebabkan anak harus menyesuaikan diri dengan tolak ukur perilaku yang ada
c. Guru memikul tanggung jawab pengajaran
d. Pembelajaran berpegang pada kurikulum yang sudah ditetapkan
e. Bahan ajar yang paling umum tertera dalam kurikulum adalah buku-buku teks
f. Di dalam kelas, guru menjadi satu-satunya pelaku pendidikan
g. Guru berbicara dan murid hanya menyimak tanpa ikut berperan aktif
h. Tatanan bangku berurut dan masih diberlakukannya hukuman fisik bagi murid yang tidak taat
2. Pendidikan di Masyarakat Modern
Masyarakat modern adalah masyarakat yang menempatkan mesin dan teknologi pada posisi yang sangat penting dalam kehidupannya sehingga mempengaruhi ritme kehidupan dan norma-norma. Masyarakat modern merupakan masyarakat yang sebagian besar warganya mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban dunia masa kini. Masyarakat modern relatif bebas dari kekuasaan adat istiadat lama. Karena mengalami perubahan dalam perkembangan zaman dewasa ini. Berlawanan dengan masyarakat tradisional, perubahan-perubahan itu terjadi sebagai akibat masuknya pengaruh kebudayaan dari luar yang membawa kemajuan terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Masyarakat modern bisa dilihat dari ciri-ciri berikut ini:
a. Masyarakat modern cenderung bersikap netral bahkan menuju sikap tidak memperhatikan atau tidak peduli dan juga lebih mementingkan diri sendiri.
b. Masyarakat modern suka mengejar prestasi, serta cenderung berterus terang dalam mengungkapkan segala sesuatu.
c. Dalam mencapai kemajuan, masyarakat modern berusaha agar mereka mempunyai pendidikan yang cukup tinggi dan berusaha agar mereka selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
d. Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi seimbang dengan kemajuan di bidang lainnya seperti ekonomi, politik, hukum, dan sebagainya.
Bagi negara-negara berkembang seperti halnya Indonesia, umumnya masyarakat modern ini disebut juga masyarakat perkotaan atau masyarakat kota. Pengertian kota secara sosiologi terletak pada sifat dan ciri kehidupannya dan bukan ditentukan oleh menetapnya sejumlah penduduk di suatu wilayah perkotaan. Dari pengertian di atas, dapat diartikan bahwa tidak semua warga masyarakat kota dapat disebut masyarakat modern, sebab banyak orang kota yang tidak mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan peradaban dunia masa kini, misalnya gelandangan atau orang yang tidak jelas pekerjaan dan tempat tinggalnya.
Dalam masyarakat modern, pendidikan memegang peranan sangat penting dalam hal meningkatkan kecerdasan dan keterampilan. Pendidikan pada masyarakat modern umumnya diarahkan untuk mempersiapkan generasi yang mampu menghadapi tantangan. Pada zaman ini, teknologi informasi sudah mulai memegang peran penting untuk dikembangkan dan dikuasai. Dengan pengetahuan yang cukup, masyarakat akan mempunyai pandangan yang cukup luas untuk mampu mengantisipasi kehidupan masa mendatang dan melakukan perbaikan kehidupan dengan memperkenalkan norma sosial yang baru, yang dapat menjawab tantangan masa mendatang. Jadi, pengetahuanlah yang menjadi modal utama bagi masyarakat modern untuk tetap bertahan dalam situasi dan kondisi peradaban modern.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan mereka untuk memperoleh pengetahuan, mereka menyediakan fasilitas pendidikan formal mulai dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi di samping pendidikan keterampilan khusus lainnya. Kelangsungan pendidikan ini diatur oleh pranata sosial baik pendidikan yang diselenggarakan pemerintah maupun oleh swasta. Karena peranan pendidikan ini sangat vital dalam menentukan kehidupan masa mendatang, maka penyelenggaraannya sangat terpelihara dan mendapat dukungan masyarakat. Warga masyarakat modern umumnya menikmati pendidikan sekolah mulai dari tingkat dasar, menengah, maupun tinggi. Peranan pendidikan keluarga tetap terpelihara dengan baik khususnya dalam membentuk kepribadian seseorang. Sedangkan untuk pengembangan pengetahuan dan keterampilannya, peranan pendidikan sekolahlah yang lebih berperan.
Pendidikan pada masyarakat modern ini bertolak belakang dengan pendidikan tradisional. Pada pendidikan modern, guru bertindak sebagai fasilitator dan peserta didik mengambil dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik dituntut untuk lebih aktif di kelas. Proses pembelajaran tidak hanya menggunakan buku teks, melainkan memanfaatkan media pembelajaran yang sekarang sudah berkembang pesat. Proses pembelajaran pun tidak terbatas di kelas saja melainkan bisa dilakukan di luar kelas sesuai dengan kebutuhan. Selain itu, kebanyakan guru dalam mayarakat modern cenderung mengajarkan sesuatu yang jauh dari realita yang ada kepada peserta didik. Anak-anak dalam masyarakat modern cenderung di bawah tekanan yang besar dari orang tua dan gurunya untuk menguasai pelajaran dalam waktu yang telah ditentukan sehingga berpotensi menimbulkan kelainan mental jika hasil yang akan dicapai terlalu berat dibandingkan dengan kemampuan anak.
D. PENDIDIKAN DI MASYARAKAT DUNIA
1. Pendidikan di Negara-negara Terbelakang
Pada umumnya negara-negara terbelakang ini belum mampu mencukupi kebutuhan hidup rakyatnya. Perkembangan sosial ekonominya masih tergantung kepada penggunaan tenaga-tenaga asing, khususnya dalam bidang-bidang dasar di beberapa lembaga sosial ekonomi yang cukup penting. Negara-negara tersebut masih merupakan masyarakat tradisional yang kehidupannya masih banyak menghadapi berbagai tantangan maupun kesulitan. Contoh negara yang tergolong terbelakang ini, seperti Negara Somalia dan Kongo.
Pendidikan di negara-negara ini kenyataannya benar-benar masih terbelakang jika dibandingkan dengan negara-negara lain yang lebih maju. Secara kuantitas, pendidikannya belum bisa dinikmati oleh seluruh anak yang berusia sekolah, bahkan persentase anak-anak yang dapat menikmati pendidikan itu pun masih sangat kecil. Oleh karena itu, maka pendidikan di negara-negara tersebut belum mampu memenuhi berbagai tuntutan maupun kebtuhan masyarakatnya. Negara-negara terbelakang ini juga belum mampu menghadapi perkembangan pesat negara-negara lain yang sebenarnya sangat dibutuhkan.
Negara-negara terbelakang ini, masih selalu berorientasi menempatkan orang-orang asing menduduki jabatan-jabatan penting di berbagai pusat pemerintahannya. Sebenarnya pendidikan menengah itu harus mampu membuat suatu perencanaan yang luas dan baik mengenai masalah pemerataan atau perluasan pendidikan di negara-negara tersebut. Sehingga masalah pendidikan ini akhirnya juga merupakan masalah yang perlu ditangani oleh pemerintah dengan jalan membuat program penyelesaiannya sesuai dengan berbagai tuntutan negara, baik yang berkaitan dengan masalah ekonomi, politik, nasionalisme, maupun kemasyarakatan. Hal ini pun harus disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki oleh negara, berdasarkan hasil berbagai studi mengenai penyelesaian masalah pendidikan. Sebab dengan menyelesaikan masalah pendidikan tingkat menengah ini, akan mempermudah penyelesaian masalah pendidikan-pendidikan selanjutnya.
Dengan demikian diharapkan anak-anak yang telah tamat sekolah menengah ini dapat menggantikan jabatan yang selama ini diduduki oleh orang-orang asing. Begitu juga, para tamatan universitas dapat menggantikan para pemimpin yang sudah menjabat berpuluh-puluh tahun yang hanya memiliki pengetahuan tingkat menengah saja.
Ada beberapa hasil studi yang cukup penting, yakni studi dari hasil Konggres negara-negara Afrika di Addis Ababa pada tahun 1962, mengenai pengembangan pendidikan di Benua Afrika. Hasil studi tersebut menegaskan bahwa di negara-negara terbelakang itu tidak terdapat keseimbangan dalam masalah pengembangan pendidikan, baik antara perkembangan pendidikan dasar dan pendidikan menengah maupun antara perkembangan pendidikan menengah dengan berbagai tuntutan kemajuan zaman di masa-masa mendatang. Negara-negara terbelakang dalam hal ini, seyogyanya dapat mengambil pelajaran dari berbagai kesalahan yang dilakukan oleh negara-negara lain, baik dari negara-negara berkembang maupun negara-negara semi maju.
2. Pendidikan di Negara-negara Berkembang
Negara-negara ini sudah banyak terdapat kemajuan dan perkembangan, dalam hal pendapatan-pendapatan nasional maupun anak-anak yang berpendidikan. Akan tetapi tidak jauh berbeda dengan negara terbelakang dalam hal menangani masalah pendidikan senantiasa masih menggantungkan diri kepada tenaga-tenaga ahli dari luar negeri, khususnya dalam bidang-bidang spesialiasasi yang sangat pelik. Sekalipun demikian, tenaga-tenaga ahli asing yang dibutuhkan kadarnya lebih kecil daripada yang diperlukan negara-negara terbelakang. Contoh negara yang tergolong negara berkembang, yakni seperti negara kita, Indonesia dan Brazil.
Sebagian besar negara-negara berkembang ini memang memiliki berbagai perekonomian dan kemampuan industrialisasi yang cukup besar sekalipun sebagian besar penduduknya bekerja dalam bidang pertanian. Terdapat juga ledakan penduduk dan bertambah banyaknya anak-anak yang berusia sekolah. Oleh karena itu, negara-negara tersebut sangat membutuhkan perluasan atau pemerataan pendidikan khususnya pendidikan dasar. Hal itu jelas tidak mungkin terwujud tanpa dengan tambahan yang cukup mengenai income perkapita. Sebab sebagian besar negara tersebut mengikat seluruh rakyatnya, yakni keharusan belajar ilmu pengetahuan umum dalam waktu sedekat mungkin. Sekalipun hal ini sebenarnya juga akan terbentur kepada masalah kualitas pendidikan itu sendiri. Begitu juga dengan dibukanya sebanyak mungkin sekolah-sekolah dasar, tentu akan timbul suatu tuntutan baru dari kalangan masyarakat untuk dibukanya sekolah-sekolah menengah, perguruan-perguruan tinggi maupun akadami-akademi.
Dengan dibukanya banyak sekolah-sekolah dasar ini pun pastinya juga akan menimbulkan masalah baru, yakni berkaitan dengan guru. Sebab, pendidikan dasar membutuhkan sejumlah guru yang tidak sedikit. Apalagi untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan atau pelayanan pendidikan itu, semua guru harus mempunyai keahlian yang sesuai dengan bidangnya. Semua itu masih merupakan suatu kesulitan bagi negara-negara berkembang, baik hal itu berkaitan dengan segi materi atau biaya maupun berbagai potensi manusia, yakni tenaga pengajar yang baik.
Oleh karena itu, sebagai langkah awal negara-negara tersebut harus mengatur penggunaan guru-guru yang dimilikinya, meningkatkan taraf pelaksanaan tugas mengajar mereka, mengembangkan dan mensistimatisir beberapa metode pengajaran, buku-buku dan berbagai prasarana lainnya, sehingga mampu menghasilkan dampak pendidikan yang sebesar mungkin.
3. Pendidikan di Negara-negara Semi Maju
Kemajuan negara-negara ini berbeda dengan kemajuan negara maju maupun negara terbelakang. Negara-negara semi maju ini hampir mampu mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri dengan berbagai kekayaannya yang cukup banyak. Bahkan beberapa negara tersebut ada yang telah mengekspor kekayaan-kekayaannya ke beberapa negara lain. Hal ini tidak termasuk pengiriman para sarjana maupun ahli-ahli yang brilliant, sebab jumlah mereka masih terbilang cukup kecil.
Negara-negara tersebut telah dapat mengatasi beberapa kesulitan yang dihadapinya dan sedang dalam status menuju taraf negara maju. Sebab mereka telah memiliki sejumlah bangunan lembaga pendidikan yang megah dan luas, baik pendidikan dasar, menengah, maupun pendidikan tinggi, dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Termasuk ke dalam golongan negara semi maju, antara lain Taiwan, Norwegia, dan Polandia.
Sebagian besar negara-negara semi maju memang telah mampu mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri dengan berbagai potensi ekonomisnya. Dan walaupun didapati suatu kekurangan, maka sebenarnya hal itu tidak akan menganggu kemajuan pendidikan. Namun demikian seyogyanya masalah pendidikan ini direncanakan dengan sebaik mungkin dalam rangka mencapai kemajuannya. Begitu pula perlu adanya perencanaan yang matang dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhan anggota masyarakat.
Masalah kekurangan tenaga pengajar pada pendidikan tingkat menengah dan pendidikan tinggi, khususnya guru-guru dalam bidang kejuruan juga dirasakan oleh negara-negara semi maju. Selain itu, negara-negara tersebut juga masih sangat membutuhkan beberapa perguruan tinggi, pusat-pusat penelitian ilmiah untuk ilmu pengetahuan kejuruan, ilmu pengetahuan alam, biologi, ilmu pasti, dan pertanian dalam rangka mengikuti pekembangan abad teknologi dan kemajuan ilmu pengetahuan ini. Hal ini juga akan menuntut adanya suatu sistem yang cukup baik untuk meningkatkan bobot penelitian ilmiah tersebut, mempersiapkan tenaga-tenaga peneliti yang baik maupun berusaha mendayagunakan hasil daripada beberapa penelitian tadi.
Kemudian usaha perluasan atau pemerataan pendidikan itu pun juga akan menuntut adanya bangunan-bangunan gedung sekolah dan sejumlah dana yang cukup besar dan akan bertambah terus. Akibatnya muncul masalah baru yang menuntut adanya gerakan industrialisasi, meningkatkan pendapatan negara, menurunkan dana, meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menurunkan angka kelahiran, mempersiapkan program-program pendidikan khusus untuk orang tua dan memberi berbagai latihan kepada para pegawai dalam rangka meningkatkan kecukupan hidup anggota masyarakat agar lebih produktif hidupnya.
Maka negara-negara semi maju ini harus secepat mungkin membuat berbagai perencanaan, baik mengenai pemerataan wajib belajar maupun berusaha meningkatkan atau menaikkan usia belajar di sekolah dasar menjadi delapan atau sembilan tahun. Masalah kualitasnya pun juga tidak boleh diabaikan, sekalipun berbarengan dengan upaya mengatasi masalah drop out, menurunkan angka anak-anak yang kehilangan kesempatan belajar, meningkatkan kemampuan para gurunya baik dalam bidang ilmu pengetahuan, keterampilan, maupun taraf hidupnya, memprioritaskan pembangunan gedung-gedung sekolah di desa-desa, di daerah-daerah yang berkembang maupun berusaha menarik para siswa agar senang belajar di sekolah-sekolah tersebut.
4. Pendidikan di Negara-negara Maju
Negara-negara ini adalah golongan negara yang berindustri maju, telah mencapai berbagai penemuan ilmiah dan teknologi serta memiliki sumber daya manusia yang cukup besar dan beraneka ragam. Adapun pendidikannya dapat dikatakan telah mencapai kesuksesan besar, khususnya sangat banyak pendidikan menengah. Jumlah guru pada pendidikan dasar dan menengahnya lima kali lipat lebih banyak dari negara-negara terbelakang dan sekitar satu setengah dari negara-negara semi maju. Persentase anak-anak yang mendaftar sekolah dasar dari kelompok usia 5-14 tahun sebanyak tiga kali lipat dari negara-negara berkembang.
Negara-negara maju memang mengejar kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sangat memperhatikan potensi sistem pendidikannya dan sumber daya manusianya pun cukup sempurna dan sangat lengkap. Tergolong negara yang maju, yakni Amerika Serikat, Jepang, Australia, dan Belanda.
Negara maju tidak lagi menghadapi masalah kelebihan sarjana, sebab di negara tersebut terdapat lapangan kerja yang cukup banyak dan beraneka ragam yang mampu menyerap mereka semua. Begitu pula persentase perkembangan penduduk lebih kecil daripada negara-negara lain, baik negara berkembang, terbelakang, maupun semi maju.
Negara-negara maju ini memang menggunakan dana yang cukup tinggi untuk bidang pendidikan. Biaya pendidikannya hampir 5% dari keseluruhan pendapatan nasional. Sedangkan di negara berkembang, dana pendidikan itu hanya sekitar 2%, dan di negara semi maju sekitar 3%. Mengenai pemerataan pendidikan menengah di negara ini sudah dipandang sebagai hak bagi semua orang. Oleh karena itu kebutuhan mendesak yang menuntut segera dipenuhi, yaitu pemerataan pendidikan menengah tersebut. Sebab, kebanyakan putra-putri bangsa di negara maju memiliki kemauan besar untuk menyelesaikan studi mereka. Bahkan ada kecenderungan untuk menyelesaikan studinya baik pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi. Sekalipun demikian, pendidikan tinggi tersebut belum merata di seluruh negara-negara maju.
Di negara-negara maju ini khususnya pendidikan menengah sangat memerlukan adanya penanganan yang lebih baik sehingga mampu mengarahkan atau membina para siswa dengan berbagai ilmu pengetahuan maupun keterampilan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Masalahnya pendidikan tersebut sudah merupakan kebutuhan yang mesti dipenuhi atau hak bagi seluruh anggota masyarakat. Oleh karena itu hendaknya terus ditingkatkan perhatiannya terhadap masalah kuantitas maupun kualitasnya.
Kenyataan masih didapatkan drop out di negara-negara maju ini, berarti masih diperlukan adanya perbaikan sistem pendidikannya, meningkatkan kesadaran akan pentingnya belajar di kalangan masyarakat maupun dengan jalan mempersiapkan berbagai program pelajaran yang lebih baik. Bertambahnya pendidikan menengah, banyak diterimanya para siswa yang telah tamat sekolah menengah di perguruan tinggi maupun minat mereka yang cukup besar untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi tentu mendorong adanya perluasan maupun peningkatan pendidikan tinggi dan merumuskan program penambahan jumlah dosen serta berusaha memperluas berbagai studi dan penelitian-penelitian ilmiah. Dan tentu saja semuanya menuntut adanya penambahan anggaran belanja pendidikan yang lebih besar. Oleh karena itu, lembaga-lembaga swasta pun harus ikut memikul atau menangani masalah ini dengan penuh tanggung jawab dan menyediakan dana yang mencukupi.
BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN:
Pendidikan berarti proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik. Sedangkan masyarakat merupakan sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama.
Dalam pendidikan diperlukan kurikulum yang berorientasi pada anak dan juga masyarakat. Tidak mungkin kurikulum efektif tanpa memperhitungkan anak, dan tidak ada kurikulum yang tidak mempersiapkan anak untuk masyarakat. Setiap kurikulum harus relevan dengan kebutuhan masyarakat karena sekolah didirikan oleh masyarakat untuk mempersiapkan anak untuk masyarakat. Maka dari itu, guru perlu mempelajari dan mengenal masyarakat sekitarnya.
Berkaitan dengan hubungan pendidikan dan masyarakat, terdapat beberapa peran pendidikan bagi masyarakat, antara lain memberikan pengetahuan, untuk karir, serta membangun karakter. Begitupun masyarakat, juga memiliki peran yang besar bagi pendidikan, seperti mendirikan dan menyelenggarakan satuan pendidikan pada jalur pendidikan sekolah atau jalur pendidikan luar sekolah, pada semua jenis pendidikan kecuali pendidikan kedinasan, dan pada semua jenjang pendidikan di jalur pendidikan sekolah.
Masyarakat tradisional sering diartikan sebagai masyarakat yang kehidupannya masih banyak dikuasai oleh adat istiadat lama. Ada beberapa masyarakat yang termasuk ke dalam kriteria masyarakat tradisional, yaitu masyarakat pada zaman dahulu, masyarakat pedalaman, dan masyarakat kota yang tidak mempunyai orientasi budaya peradaban masa kini. Ciri pendidikan tradisional secara umum antara lain terlihat dari anak-anak biasanya dikirim ke sekolah di dalam geografis tertentu kemudian mereka dimasukkan ke dalam kelas yang kemudian dibedakan berdasarkan umur, prinsip sekolah yang otoritarian menyebabkan anak harus menyesuaikan diri dengan tolak ukur perilaku yang ada, serta guru memikul tanggung jawab pengajaran.
Sedangkan masyarakat modern adalah masyarakat yang menempatkan mesin dan teknologi pada posisi yang sangat penting dalam kehidupannya sehingga mempengaruhi ritme kehidupan dan norma-norma. Masyarakat modern merupakan masyarakat yang sebagian besar warganya mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban dunia masa kini. Dalam masyarakat modern, pendidikan memegang peranan sangat penting dalam hal meningkatkan kecerdasan dan keterampilan. Pendidikan pada masyarakat modern umumnya diarahkan untuk mempersiapkan generasi yang mampu menghadapi tantangan.
Dalam masyarakat dunia, kemajuan pendidikan dipengaruhi oleh kemajuan negara tersebut. Terdapat 4 kelompok negara, yakni negara terbelakang, negara berkembang, negara semi maju, dan negara maju. Kualitas maupun kuantitas pendidikan suatu negara tinggi ketika negara tersebut termasuk ke dalam golongan negara maju, begitupun sebaliknya. Atau dengan kata lain, semakin maju suatu negara semakin maju pula pendidikannya dan semakin terbelakang suatu negara maka semakin terbelakang pula pendidikannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Nazili Shaleh. Pendidikan dan Masyarakat. 1989. Yogyakarta: CV Bina Usaha
Karsidi, Ravik. Sosiologi Pendidikan. 2008. Surakarta: UNS Press
Nasution. Sosiologi Pendidikan. 1995. Jakarta: Bumi Aksara
Vaizey, John. Pendidikan di Dunia Modern. 1978. Jakarta: PT Gunung Agung
https://www.academia.edu/9917408/PENTINGNYA_PENDIDIKAN_BAGI_MANUSIA diakses pada hari Kamis, 22 September 2016 pukul 20.55 WIB
http://www.slideshare.net/srijadi/uu-no-20-2003-sistem-pendidikan-nasional diakses pada haris Senin, 26 September 2016 pukul 09.25 WIB
www.bphn.go.id/data/documents/92pp039.doc diakses pada hari Senin, 26 September 2016 pukul 09.35 WIB
https://www.academia.edu/6924101/pendidikan_dalam_masyarakat_tradisional_modern_era_global_2014_ diakses pada hari Kamis, 22 September 2016 pukul 21.14 WIB